Menu

gambar boleh diambil

Jumat, 20 Maret 2009

KEMULIAN BEKERJA

Oleh : Ahmad Soleh Dongoran, S.Ag
Khotbah di sampaikan pada tanggal 22 Pebruari 2008

اَلسَلاَمُ عَلَيكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُه
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِ وَفَّقَنَا لاَِدّاءِ اَفْضَلِ الْعِبَادَةِ , اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لهُ رَبُّ اْلاَرْضِيْنَ وَالسَمَوَاتِ , وَاَشْهَدُ اّنَّ مُحَمَّدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اْلمُؤَيَّدُ بِاَفضَلِ اْلمُؤْجِزَاتِ . صَلَّى الَّلهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ بِحَسَبِ تَعَاقُبِ اْلاَوْقَاتِ وَالسَاعَاتِ . وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًَا كَثِيْرًا .
اَمَّا بَعْدُ : فَيَا اَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُو اللًّهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلاَتَمُوْ تُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْن .

Sebagai landasan firman Allah di dalam (QS. At-Taubat: 105) yang berbunyi :

وَقُلِ اعْمَلُوْا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُوْ لُهُ وَاْلمُؤْمِنُوْنَ
Artinya: “ Dan katakanlah, bekerjalah kamu, maka Allah dan rasulNya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu…”

Ma’asirol jama’ah jumat rahimakumullah.

Dari ayat tersebut dapat kita pahami bahwa bekerja dan berusaha terutama mencari nafkah buat diri dan keluarga serta orang-orang yang menjadi tanggung jawabnya adalah sesuatu yang sangat mulia. Apapun bentuk pekerjaan itu asalkan di jalan yang benar dan halal, bukan pada yang haram, serta tidak mengabaikan kewajiban kepada Allah atau tidak melupakan kepentingan akhirat. Sebab tidak sedikit orang yang bekerja siang malam pagi dan petang mencari kekayaan duniawi tetapi ia melupakan kepentingan dan keslamatan akhirat. Karena sibuk bekerja sehingga ia rela meninggalkan kewajiban kepada Allah SWT seperti Sholat, Puasa, Zakat, melirik anak yatim dan sebagainya. Padahal sesungguhnya yang harus lebih diutamakan adalah kepentingan kebahagian akhirat yang bersifat abadi,

Bekerja dan berusaha untuk mencari karunia dan rezki Allah adalah suatu keharusan bahkan Allah sendiri menganjurkan sebagai yang tertuang di dalam QS. Al-Qashas: 77 yang berbunyi:

وَابْتَغِ فِيْمَا اَتَاكَ اللَّهُ الدَّارَاْلاَخِرَةَ وَلاَ تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَالدُّنْيَا وَاَحْسِنْ كَمَا اَحْسَنَ اللَّهُ اِلَيْكَ .
Artinya: “ Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari kenimatan duniawi dan berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu”.

Ma’asirol jama’ah jumat rahimakumullah.
Ikhtiar yang kita lakukan untuk mencari rezeki hendaklah disertai dengan harapan mendapatkan anugerah dan karunia dari Allah didasari dengan niat ibdah, berniat mencari nafkah u tuk memenuhi kebutuhan keluarga, juga untuk kepentingan ibadah-ibadah yang lain. Maka usaha dan ikhtiar itu menjadi bernilai ibadah.

Berikhtiar dan bekerja mencari nafkah yang didasari dengan niat baik merupakan amal mulia, sebagaimana yang dilakukan para nabi. Rasulullah saw adalah termasuk orang yang giat bekerja. Ini terbukti bahwa beliau sebelum diangkat menjadi rasul, pernah bekerja sebagai pengembala kambing milik pamanya dan pernah menajdi marketing dagangan miliki sayidah Khadijah. Semangat kerja atau etos kerja beliau ini sesuai dengan hadis yang telah beliau utarakan dalam sebuah sabdanya yang diriwayatkan oleh Bukhari :
مَا اَكَلَ اَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ خَيْرًا مِنْ اَنْيَاءْ كُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ وَاِنَّ نَبِيَّ اللَّهِ دَاوُدَ كَانَ يَاءْ كُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ .
Artinya: “ Tidaklah sesorang makan suatu makanan yang lebih baik dari makanan yang ia makan dari hasil pekerjan tangannya. Dan Nabi daud as adlah makan dari hasil pekerjaan tangannya”.

Ma’asirol jama’ah jumat rahimakumullah.
Oleh karena itu agar ikhtiar atau pekerjaan usaha yang kita lakukan di dalam mencari rezki itu, bernilai ibadah dan mendapatkan keridhaan Allah SWT. Ada beberapa hal yang perlu kita perhatika diantaranya yaitu:

Pertama : Berusaha dan bekerja di bidang usaha yang halal dan bukan merupakan pekerjaan yang dilarang agama sejalan dengan hadis Rasulullah:
طَلَبُ اْلجَلاَلِ وَاجِبٌ عَلَى كُلِ مُسْلِمٍ ( رواه الطبرانى)
Artinya: “ Mencari harta yang halal itu wajib bagi setiap orang Islam”.

Kedua : Bekerja dan berusaha diniatkan beribadah untuk mencari karunia Allah, berusha mencri nafkah untuk diri, anak istri juga untuk kepentingan ibadah lain dan dinilai Allah sebagai sedekan, sebagaimana hadis Rasulullah:
مَا اَنْفَقَ الرَّجُلُ فِى بَيْتِهِ وَاَهْلِهِ وَوَلَدِهِ وَخَدَمِهِ فَهُوَ لَهُ صَدَقَةٌ (رواه الطبرانى)
Artinya: “ Segala sesuatu yang diinfaqkan oleh orang laki-laki dalam rumah tangganya untuk istrinya, anaknya dan pelayannya, maka hal itu menjadi sedekah baginya”.

Ma’asirol jama’ah jumat rahimakumullah.
Ketiga : Bekerja dan berusaha dengan benardan jujur, sebab kejujuran adalah modal utama untuk mencapai keslamatan dan kesuksesan.

Keempat: Tidak melakukan kecurangan dan penipuan dalam setiap usaha dan pekerjaan yang dilakukan hal ini di kecam Allah SWT dalam QS. al-muthaffifin: 1-3
وَيْلٌ لِلْمُطَفِّفِيْنَ الَّذِيْنَ اِذَا اكْتَالُوْا عَلَىالنَّاسِ يَسْتَوْ فُوْنَ وَاِذَا كَالُوْا هُمْ اَوْوَزَنُوْهُمْ يُحْسِرُوْنَ (المطففين:
Artinya: “ Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang yaitu orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimang untuk orang lain, mereka minta dipenuhi) al-muthaffifin: 1-3

Kelima : Di dalam bekerja dan berusaha mengais harta, jangan sampai melalaikan zikir akn kebesaran dan kemurahan Allah SWT seperti seorang laki-laki yang di terangkan oleh Allah di dalam QS An-nur: 73 yang berbunyi:
رِجَالٌ لاَنُلْهِيْهِمْ تِجَارَةٌ وَلاَ بَيْعٌ عَنْ ذَكْرِ اللَّهِ وَاِقَامِ الصَّلاَةِ وَاِيْتَاءِ الزَّكَوةِ يَخَافُوْنَ يَوْمًا تَتَقَلَّبُ فِيْهِ اْلقُلُوْبُ وَاْلاَبْصَارُ . ( النور: )
Artinya: “ Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak pula oleh jual beli dari mengingat Allah, dan dari mendirikan sholat dan dari membayar zakat. Mereka takut pada suatu hari yang di hari itu hati dan pengelihatan menjadi goncang : an-nur: 37

Ma’asirol jama’ah jumat rahimakumullah.
Keenam : adalah yang tidak kala penting selalu bersyukur kepada Allah atas hasil yang telah di capainya bukan hanya lintas di bibir saja akan tetapi mampu melakukan dalam perbuatan karena bila seseorang mau mensykuruni hasil usaha yang telah dicapainya tentu Allah menjamin akan memberikan tambahan kenikmatan kepadanya dan sebalinya jika seseorang itu ingkar atas kenikmatan itu tentu konsekwensinya adalah azab, sebagaimana firman Allah yang berbunyi:
لَئِنْ شَكَرْتُمْ لاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِى لَشَدِيْدٌ ( ابراهم: )
Artinya: “ sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah nikmat kepadamu, dan jika kamu mengingkari nikmat-Ku kata allah), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.

Ma’asirol jama’ah jumat rahimakumullah.
Demikianlah isi khotbah ini yang dapat saya sampaikan dalam kesempatan di hari yang mulia ini, semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan anugerah dan rahmatnya kepada kita , usaha yang kita lakukan menjadi lancer, membawa hasil yang baik, diberkahi dan diridhai oleh Allah SWT, smoga modal hidup di dunia dan mengahantarkan keselamatan kelak di akhirat. Amin. Ya rabbal alamin.

بَارَكَ اللَّهُ لِى وَلَكُم فِى الْقُرآنِ الْعَظِيْمِ ونَفَعَنِى وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلاَيَاتِ وَالذَِكْرِ اْلحَكِيْمْ , اَقُوْلُ قَوْلَى هَذَا وَسْتَغْفِرُ اللَّهَ اْلعَظِيَْمَ اْلجَلِيْلَ لِى وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ اْلمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ اِنَّهُ هُوَ اْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمِ

0 komentar:

Posting Komentar